Orientasi Dan Penempatan
ORIENTASI
Orientasi berarti penyediaan informasi dasar berkenaan dengan perusahaan bagi pegawai baru, yaitu informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara memuaskan. Informasi dasar ini mencakup fakta-fakta seperti jam kerja, cara memperoleh kartu pengenal, cara pembayaran gaji dan orang-orang yang akan bekerja sama dengannya. Orientasi pada dasarnya merupakan salah satu komponen proses sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses penanaman sikap, standar, nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai baru.
Orientasi berarti penyediaan informasi dasar berkenaan dengan perusahaan bagi pegawai baru, yaitu informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara memuaskan. Informasi dasar ini mencakup fakta-fakta seperti jam kerja, cara memperoleh kartu pengenal, cara pembayaran gaji dan orang-orang yang akan bekerja sama dengannya. Orientasi pada dasarnya merupakan salah satu komponen proses sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses penanaman sikap, standar, nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai baru.
Pengertian Orientasi menurut beberapa ahli
1.
Marihot Tua Efendi Hariandja
mendefinisikan orientasi dengan suatu program untuk memperkenalkan pegawai baru
pada peran-peran mereka, organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan, nilai-nilai,
keyakinann-keyakinan dan pada rekan kerja mereka. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh departemen sumber daya manusia dan atasan langsung dari pegawai
tersebut untuk mensosialisasikan nilai-nilai organsiasi pada pegawai baru.
2.
Gary Dessler menyebut orientasi dengan memberikan
informasi mengenai latar belakang kepada karyawan baru yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan secara memuaskan, seperti informasi perusahaan. Program ini
bisa dimulai dari perkenalan singkat secara informal atau dengan kursus formal
yang panjang.
3.
Menurut Susilo Martoyo, Orientasi adalah
memperkenalkan para karyawan baru dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan
organisasi dan dengan para karyawan lain.
4.
Orientasi
Kerja menurut Ingham (1970): the concept formed the basis for
the harmonious view of industrial relations in the small firm as orientation to
work was said to cause individual self-selection to the small firm sector. Yang
kurang lebih memiliki arti: sikap dan tingkah laku karyawan, merupakan suatu
konsep yang dapat menciptakan harmoni dalam bekerja dan sehingga dapat
menyebabkan peningkatan kinerja karyawan secara individu dalam
sebuah perusahaan
5.
Orientasi
Kerja menurut Goldthorpe (1968): orientation to work
adalah arti sebuah pekerjaan terhadap seorang individu, berdasarkan harapannya
yang diwujudkan dalam pekerjaannya.
Jenis
Orientasi Kerja Karyawan :
Menurut
Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu :
1. Instrumentally
1. Instrumentally
Goldthorpe
(1968) menjelaskan bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang
pekerjaan sebagai suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja
berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang memilih untuk
bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya
hidup yang dimaksud adalah kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh
masing-masing karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Short-term instrumentally orientation
Jenis
orientasi kerja ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan karyawan-karyawan
untuk mendukung dan menambah pendapatan utama dengan cara bekerja di tempat
lain, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sekunder. Karyawan pada jenis
orientasi ini menganggap pekerjaan ini hanya bersifat sementara saja.
b. Long-term instrumentally orientation
Long-term
instrumentally orientation adalah upaya dari karyawan-karyawan untuk menjadikan
sebuah pekerjaan sebagai pekerjaan primer. Long-term instrumentally orientation
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Part-time employee atau karyawan paruh waktu : Untuk jenis karyawan paruh
waktu, alasan memilih untuk menjalani pekerjaan dengan cara ini biasanya
berhubungan dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan
jenis ini adalah dari golongan pelajar atau mahasiswa yang harus membagi waktu
antara pekerjaan dan waktu untuk belajar, selain itu juga dari golongan wanita
yang memiliki anak-anak yang masih berusia dibawah lima tahun.
- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di tempat lain.
2. Solidaristic
- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di tempat lain.
2. Solidaristic
Dimana
pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa
setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan
akhir saja, melainkan segi yang dikedepankan adalah hubungan dan aktivitas
sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk emotionally
rewarding. Karyawan yang memilih orientasi kerja jenis ini dalam memilih tempat
bekerja, lebih memperhatikan suasana bekerja berdasarkan hubungan sosial yang
kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan adalah
komunikasi dan
kerjasama yang terjalin antara individu baik itu antara sesama karyawan dalam
satu departemen maupun antar departemen. Menurut Lucas (1995) dan Kitching
(1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, adalah sisi sosial dari sebuah
pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah pada pekerjaan
mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap mengoptimalkan diri
dalam bekerja. Selain itu, hubungan sosial yang kuat yang karyawan jenis ini
inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja, melainkan hubungan sosial ini
harus juga dapat diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan. Misalnya dengan
pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling berkunjung ke tempat
tinggal masing-masing karyawan.
3. Bureaucratic
Menurut
Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang karyawan memilih
pekerjaan dan mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang dipilihnya itu adalah
hal-hal yang disediakan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.
Hal-hal tersebut dapat berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan seperti sarana
transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, sampai ke
peralatan-peralatan kerja yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar kecilnya gaji dan
tunjangan-tunjangan yang ditawarkan, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
perusahaan, bimbingan dari perusahaan yang diberikan melalui atasan dan yang
tidak kalah pentingnya adalah jenjang karir yang jelas. Meskipun suasana sosial
yang ada tidak mendukung, para karyawan tersebut tetap mengoptimalkan diri
dalam bekerja, karena karyawan jenis orientasi ini lebih mementingkan
self-development dan lebih bertujuan ke peningkatan jenjang karir.
Tujuan
Orientasi
Pada umumnya, karyawan akan merasa sedikit waswas selama
hari-hari pertama kerja. Setidaknya ada 3 alasan utama yang menyebabkan
terjadinya kegugupan pada hari-hari pertama kerja (Meryl Reis Louis : 1980)
antara lain :
1.
Alasan
pertama adalah bahwa setiap situasi baru yang melibatkan perubahan dan
perbedaan dalam beberapa hal, akan menyebabkan karyawan baru harus menghadapi
ketidakpastian.
2.
Alasan
kedua adalah harapan yang tidak realistis. Karyawan baru sering memiliki
harapan tinggi yang tidak realistis tentang keuntungan yang akan diperolehnya
dalam pekerjaan baru dan hal ini sering terbentur pada kenyataan bahwa yang
akan mereka peroleh tidak seperti yang mereka harapakan semula.
3.
Alasan
ketiga adalah kejutan yang dapat mengakibatkan kecemasan. Kejutan dapat terjadi
apabila harapan mengenai pekerjaan atau diri sendiri tidak terpenuhi.
Teknik-Teknik
Orientasi
Ada beberapa jenis teknik orientasi antara lain :
1.
Program orientasi dan sosialisasi
Program
orientasi ini berawal dari perkenalan singkat secara informal sampai pada
program-program formal dengan waktu yang lebih panjang. Dalam program formal,
karyawan baru biasanya diberi buku pegangan atau bahan cetakan yang berisi jam
kerja, peninjauan prestasi, cara pembayaan gaji, liburan dan penggunaan
fasilitas serta pedoman dan peraturan perusahaan lainnya. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh supervisor si
karyawan baru dan departemen personalia.
2.
Peninjauan pekerjaan secara realistis
Aktivitas
ini bertujuan untuk menunjukkan cakupan pekerjaan yang sebenarnya kepada calon
karyawan. Cara ini efektif untuk memperkecil kejutan realitas. Schein
mengemukakan bahwa salah satu masalah terbesar yang dihadapi calon karyawan dan
pimpinan dalam tahap awal kepegawaian adalah hal-hal yang mencakup perolehan
informasi yang akurat dari kedua belah pihak.
3.
Pembinaan budaya organisasi
Budaya
organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki karyawan
pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka berkerja. Dengan kata lain
para karyawan menangkap isyarat tentang perusahaan mereka misalnya sejauh mana
mereka dinilai secara adil atau sejauh mana hubungan persahabatan yang
diperlihatkan oleh pimpinan mereka.
4.
Pereratan hubungan antar-karyawan
Cara
lain untuk membantu proses sosialisasi karyawan baru adalah dengan mempererat hubungan
antar mereka dan dengan teman kerja baru atau dengan para supervisor mereka,
yang bertindak sebagai mentor. Sebagai contoh beberapa perusahaan mendukung
adanya program- program formal. Seperti sistem sahabat dimana karyawan yang
ditugasi sebagai mentor memberi training khusus dan bertindak sebagai pemandu
bagi pendatang baru.
5.
Informasi prestasi kerja
Sistem penilaian perusahaan juga memainkan perananan
penting dalam proses sosialisasi. Catatan prestasi kerja secara formal dan
informal dari supervisor yang disampaikan pada waktu yang tepat kepada karyawan
baru dapat mengurangi tekanan akibat ketidakpastian karena “ tidak mengetahui prestasi yang dicapai”.
Selain itu catatan tersebut dapat membantu karyawan baru untuk memutuskan cara
melaksanakan pekerjaan di masa mendatang. Sebagai contoh, penilaian sebelumnya
dapat digunakan sebagai upaya “penalaran” untuk memperbaiki persepsi yang
keliru.
PENEMPATAN
Pengertian
Penempatan
Karyawan baru yang telah selesai menjalankan program seleksi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan sesuai dengan bakat dan keahlian yang dimilikinya. Salah satu fungsi MSDM untuk mengurusi hal ini adalah Placement atau penempatan karyawan yang berarti mengalokasikan karyawan pada posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi lain . Penempatan juga merupakan penugasan/ pengisian jabatan atau penugasan kembali pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda.
Karyawan baru yang telah selesai menjalankan program seleksi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan sesuai dengan bakat dan keahlian yang dimilikinya. Salah satu fungsi MSDM untuk mengurusi hal ini adalah Placement atau penempatan karyawan yang berarti mengalokasikan karyawan pada posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi lain . Penempatan juga merupakan penugasan/ pengisian jabatan atau penugasan kembali pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda.
Syarat-syarat penempatan
Efektifitas
fungsi penempatan akan sangat ditentukan oleh beberapa syarat penting, dan
bahkan tergantung pada informasi-informasi yang diperoleh dari syarat-syarat
tersebut. Informasi-informasi yang diperoleh melalui syarat-syarat tersebut
dijadikan masukan bagi seorang manajer dalam mengambil keputusan penerimaan dan
penempatan seorang pekerja, syarat-syarat yang dimaksud adalah :
1. Informasi analisis jabatan, yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan
2. Rencana-rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manajer tentang tersedia/tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi
3. Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manajer bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih
1. Informasi analisis jabatan, yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan
2. Rencana-rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manajer tentang tersedia/tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi
3. Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manajer bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih
Jenis Penempatan
Dalam alur ini
ada tiga jenis penting dalam penempatan, yaitu : Promosi, transfer dan demosi.
Setiap keputusan
harus diikuti dengan orientasi dan tindak lanjut, apapun yang
menyebabkankannya, seperti perampingan, merger, atau akuisasi dan perubahan
internal lainnya. Berikut penjelasan mengenai tiga jenis penting penempatan :
·
Promosi
Promosi terjadi apabila seorang karyawan dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggungjawab dan atau level umumnya diberikan suatu penghargaan, hadiah (reward system) atas usaha atau prestasinya dimasa lampau, maka akan muncul dua permasalahan :
Pertama, yaitu ketika pembuat keputusan dapat membedakan antara karyawan yang kuat dan yang lemah secara obyektif. Kalau sistem merit (merit based promotion) digunakan, keputusan seharusnya mencerminkan kinerja secara individu karyawan, tidak didasarkan pemilihan yang menyimpang. Hal ini terjadi kalau karyawan terbaik adalah anggota dari grup tertentu yang dilindungi dan pembuat keputusan adalah seorang prejudice. Pembuat keputusan tidak seharusnya mengikuti prasangka / perasaan pribadinya untuk mempengaruhi kegiatan promosi .kalau kegiatan promosi didasarkan pada kepentingan pribadi , SDM perusahaan akan didominasi oleh orang-orang yang tidak berkompeten, dan pada akhirnya kinerja perusahaan akan menurun
Bila promosi berdasarkan prestasi kerja, masalah lain yang akan muncul adalah bagaimana membedakan antara pegawai yang berprestasi dengan yang tidak. Seringkali perbedaan satu dengan yang lain sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Selain itu seringnya penilaian yang kurang obyektif. Penilaian harus dilakukan secara obyektif dan berkaitan dengan pekerjaan, bukan didasarkan hasil seleksi.
Kedua, adalah Peter Principle atau prinsip Peter, yang menyatakan bahwa secara hirarki manusia cenderung untuk terus meningkatkan tingkat kompetensinya. Meski tidak selalu benar prisip tersebut menyatakan bahwa baiknya kinerja seseorang pada bidang tertentu belum tentu baikjuga pada bidang lain
Ada juga model promosi sistem senioritas. Dalam beberapa hal, pada umumnya pekerja senior akan dipromosikan terlebih dulu. Maksud senior disini adalah pekerja yang mempunyai masa kerja paling lama di perusahaan tersebut. Kelebihan pendekatan ini adalah sistem obyektif. Karyawan yang akan dipromosikan ditentukan berdasarkan catatan senioritas yang ada pada perusahaan. Alasan rasional dari pendekatan ini adalah untuk menhilangkan/mengurangi promosi yang menyimpang (promosi istimewa) dan memerlukan pengelolaan untuk mrngembangkan senioritas pekerja karena mereka akan dipromosikan sebagaimana mestinya
Promosi terjadi apabila seorang karyawan dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggungjawab dan atau level umumnya diberikan suatu penghargaan, hadiah (reward system) atas usaha atau prestasinya dimasa lampau, maka akan muncul dua permasalahan :
Pertama, yaitu ketika pembuat keputusan dapat membedakan antara karyawan yang kuat dan yang lemah secara obyektif. Kalau sistem merit (merit based promotion) digunakan, keputusan seharusnya mencerminkan kinerja secara individu karyawan, tidak didasarkan pemilihan yang menyimpang. Hal ini terjadi kalau karyawan terbaik adalah anggota dari grup tertentu yang dilindungi dan pembuat keputusan adalah seorang prejudice. Pembuat keputusan tidak seharusnya mengikuti prasangka / perasaan pribadinya untuk mempengaruhi kegiatan promosi .kalau kegiatan promosi didasarkan pada kepentingan pribadi , SDM perusahaan akan didominasi oleh orang-orang yang tidak berkompeten, dan pada akhirnya kinerja perusahaan akan menurun
Bila promosi berdasarkan prestasi kerja, masalah lain yang akan muncul adalah bagaimana membedakan antara pegawai yang berprestasi dengan yang tidak. Seringkali perbedaan satu dengan yang lain sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Selain itu seringnya penilaian yang kurang obyektif. Penilaian harus dilakukan secara obyektif dan berkaitan dengan pekerjaan, bukan didasarkan hasil seleksi.
Kedua, adalah Peter Principle atau prinsip Peter, yang menyatakan bahwa secara hirarki manusia cenderung untuk terus meningkatkan tingkat kompetensinya. Meski tidak selalu benar prisip tersebut menyatakan bahwa baiknya kinerja seseorang pada bidang tertentu belum tentu baikjuga pada bidang lain
Ada juga model promosi sistem senioritas. Dalam beberapa hal, pada umumnya pekerja senior akan dipromosikan terlebih dulu. Maksud senior disini adalah pekerja yang mempunyai masa kerja paling lama di perusahaan tersebut. Kelebihan pendekatan ini adalah sistem obyektif. Karyawan yang akan dipromosikan ditentukan berdasarkan catatan senioritas yang ada pada perusahaan. Alasan rasional dari pendekatan ini adalah untuk menhilangkan/mengurangi promosi yang menyimpang (promosi istimewa) dan memerlukan pengelolaan untuk mrngembangkan senioritas pekerja karena mereka akan dipromosikan sebagaimana mestinya
·
Transfer
Transfer terjadi kalau ada seorang karyawan dipindahkan dari suatu bidang tugas ke bidang tugas lainnya dengan tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji. Pemindahan pada umumya dimaksudkan menempatkan pada tempat yang setepatnya, dengan maksud agar karyawan /anggota yang bersangkutan memperoleh suasana baru dan/atau kepuasan kerja setinggi mungkin dan dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi. Perpindahan karena hal semacam itu bisa terjadi karena keinginan pegawai sendiri (Personel Transfers) atau karena kehendak organisasi/perusahaan (Production Transfers). Production Transfers dapat terjadi karena :
Kebutuhan untuk menyesuaikan sementara (pengganti sementara)
Mengatasi keadaan darurat karena fluktuasi volume pekerjaan
Untuk pleog pekerjaan dan sebagainya
Kebutuhan latihan (rotasi jabatan)
Untuk menjamin kepercayaan pegawai bahwa mereka tidak akan di PHK karena kekurangcakapan dalam jabatan yang sama
Menghindari rasa kebosanan pegawai/karyawan yang bersangkutan baik karena macam pekerjaannya maupun karena lingkungan kerjanya
Transfer terjadi kalau ada seorang karyawan dipindahkan dari suatu bidang tugas ke bidang tugas lainnya dengan tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji. Pemindahan pada umumya dimaksudkan menempatkan pada tempat yang setepatnya, dengan maksud agar karyawan /anggota yang bersangkutan memperoleh suasana baru dan/atau kepuasan kerja setinggi mungkin dan dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi. Perpindahan karena hal semacam itu bisa terjadi karena keinginan pegawai sendiri (Personel Transfers) atau karena kehendak organisasi/perusahaan (Production Transfers). Production Transfers dapat terjadi karena :
Kebutuhan untuk menyesuaikan sementara (pengganti sementara)
Mengatasi keadaan darurat karena fluktuasi volume pekerjaan
Untuk pleog pekerjaan dan sebagainya
Kebutuhan latihan (rotasi jabatan)
Untuk menjamin kepercayaan pegawai bahwa mereka tidak akan di PHK karena kekurangcakapan dalam jabatan yang sama
Menghindari rasa kebosanan pegawai/karyawan yang bersangkutan baik karena macam pekerjaannya maupun karena lingkungan kerjanya
·
Demosi
Sebagai lawan dari promosi, adalah penurunan atau demotion, yakni pemindahan seseorang ke jabatan yang lebih rendah dalam suatu organisasi. Sebenarnya penurunan jabatan ini jarang terjadi, mengingat dampak negatifnya terhadap moral karyawan/anggota suatu organisasi. Penurunan lebih mungkin terjadi bila pasar tenaga kerja lebih besar dari pada permintaan tenaga kerja. Atau dapat pula terjadi suatu penurunan tersebut apabila organisasi atau suatu perusahaan mengalami krisis dan sebagainya. Mengingat kemungkinan dapat timbul promosi tetapi mungkin juga terjadi penurunan maka perlu sekali adanya "Pedoman Pelaksanaan Promosi" tersebut, karenanya dibuatkah :
Hubungan vertikal dan horizontal dari masing-masing jabatan
Penilaian kecakapan anggota organisasi
Ramalan-ramalan lowongan dan data-data karyawan/anggota organisasi dan sebagainya.
Sebagai lawan dari promosi, adalah penurunan atau demotion, yakni pemindahan seseorang ke jabatan yang lebih rendah dalam suatu organisasi. Sebenarnya penurunan jabatan ini jarang terjadi, mengingat dampak negatifnya terhadap moral karyawan/anggota suatu organisasi. Penurunan lebih mungkin terjadi bila pasar tenaga kerja lebih besar dari pada permintaan tenaga kerja. Atau dapat pula terjadi suatu penurunan tersebut apabila organisasi atau suatu perusahaan mengalami krisis dan sebagainya. Mengingat kemungkinan dapat timbul promosi tetapi mungkin juga terjadi penurunan maka perlu sekali adanya "Pedoman Pelaksanaan Promosi" tersebut, karenanya dibuatkah :
Hubungan vertikal dan horizontal dari masing-masing jabatan
Penilaian kecakapan anggota organisasi
Ramalan-ramalan lowongan dan data-data karyawan/anggota organisasi dan sebagainya.
Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Penempatan Karyawan
·
Pertumbuhan
Perusahaan, pertumbuhan bisnis menyebabkan terjadinya pengisian posisi
pekerjaan baru, baik melalui promosi karyawan yang sudah ada atau yang baru
sama sekali. Adanya pengaruh ekspansi bisnis yang mampu mencipatakan posisi
pekerjaan baru.
·
Reorganisasi, sebuah
restrukturisasi dari perusahaan akan menghasilkan jenis yang beragm dalam hal
kegiatan – kegiatan personal, misalnya jika terjadi merger dan reorganisasi
perusahaan. Pembelian /penjualan perusahaan merger dengan perusahaan lain akan
mempengaruhi aktivitas departemen SDM, seperti rancangan pekerjaan, kompensasi,
manfaat, hubungan pekerja, dan program pensiun dini. Hal ini akan mempengaruhi
keputusan penempatan karyawan.
·
Kecenderungan
Ekonomi Umum, satu konsekuensi dari pengaruh menurunnya pertumbuhan
ekonomi adalah secara signifikan akan menurunkan ketersediaan pekerjaan, baik
bagi mereka/karyawan yang permanen dan temporer serta sekaligus bagi pencari
kerja. Resesi ekonomi akan mengakibatkan terjadinya pengangguran besar-besaran.
Sebaliknya, jika kondisi ekonomi membaik maka departemen SDM akan proaktif
melakukan kegiatannya, seperti promosi, rekrutmen dan seleksi karyawan baru.
·
Atrisi, atrisi
merupakan pengurangan karyawan yang disebabkan terjadinya terminasi,
pengunduran diri, pengalihan keluar dari unit bisnis, dan meninggal. Secara
khusus program pensiun dini telah meningkat selama terjadinya penurunan
aktivitas usaha dan kelambanan aktivitas ekonomi, sehingga karyawan berada pada
posisi tertekan dan terjadi pemangkasan kelebihan karyawan (rasionalisai).
Kaitan Penempatan dengan Orientasi
Meskipun dalam promosi,
transfer, maupun demosi yang ditempatkan adalah para karyawan yang telah
bekerja di perusahaan (bukan karyawan baru), namun mereka tetap perlu menjalani
orientasi terkait dengan jabatannya yang baru.
Memang para karyawan
tersebut bisa jadi sudah memahami dengan baik mengenai aspek-aspek umum
perusahaan, seperti strategi, kompensasi, peraturan, dan sebagainya. Namun
mereka sedikit banyak pasti mengalami kecemasan terkait masalah interpersonal
dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan barunya.