Sunday, June 24, 2012

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


Orientasi Dan Penempatan
ORIENTASI
Orientasi berarti penyediaan informasi dasar berkenaan dengan perusahaan bagi pegawai baru, yaitu informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara memuaskan. Informasi dasar ini mencakup fakta-fakta seperti jam kerja, cara memperoleh kartu pengenal, cara pembayaran gaji dan orang-orang yang akan bekerja sama dengannya. Orientasi pada dasarnya merupakan salah satu komponen proses sosialisasi pegawai baru, yaitu suatu proses penanaman sikap, standar, nilai, dan pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai baru.
Pengertian Orientasi menurut beberapa ahli
1.         Marihot Tua Efendi Hariandja mendefinisikan orientasi dengan suatu program untuk memperkenalkan pegawai baru pada peran-peran mereka, organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan, nilai-nilai, keyakinann-keyakinan dan pada rekan kerja mereka. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh departemen sumber daya manusia dan atasan langsung dari pegawai tersebut untuk mensosialisasikan nilai-nilai organsiasi pada pegawai baru. 

2.         Gary Dessler menyebut orientasi dengan memberikan informasi mengenai latar belakang kepada karyawan baru yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan secara memuaskan, seperti informasi perusahaan. Program ini bisa dimulai dari perkenalan singkat secara informal atau dengan kursus formal yang panjang. 

3.        Menurut Susilo Martoyo, Orientasi adalah memperkenalkan para karyawan baru dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan para karyawan lain. 

4.        Orientasi Kerja menurut Ingham (1970): the concept formed the basis for the harmonious view of industrial relations in the small firm as orientation to work was said to cause individual self-selection to the small firm sector. Yang kurang lebih memiliki arti: sikap dan tingkah laku karyawan, merupakan suatu konsep yang dapat menciptakan harmoni dalam bekerja dan sehingga dapat menyebabkan peningkatan kinerja karyawan secara individu dalam sebuah perusahaan

5.        Orientasi Kerja menurut Goldthorpe (1968): orientation to work adalah arti sebuah pekerjaan terhadap seorang individu, berdasarkan harapannya yang diwujudkan dalam pekerjaannya.


Jenis Orientasi Kerja Karyawan :

Menurut Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi Kerja karyawan dalam bekerja yaitu :
1. Instrumentally
Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa pada jenis pendekatan ini setiap karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu tujuan akhir. Dimana karyawan-karyawan tersebut bekerja berdasarkan satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang memilih untuk bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya hidup mereka secara spesifik. Gaya hidup yang dimaksud adalah kondisi-kondisi yang dialami atau dijalani oleh masing-masing karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Short-term instrumentally orientation
Jenis orientasi kerja ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan karyawan-karyawan untuk mendukung dan menambah pendapatan utama dengan cara bekerja di tempat lain, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sekunder. Karyawan pada jenis orientasi ini menganggap pekerjaan ini hanya bersifat sementara saja.
b. Long-term instrumentally orientation
Long-term instrumentally orientation adalah upaya dari karyawan-karyawan untuk menjadikan sebuah pekerjaan sebagai pekerjaan primer. Long-term instrumentally orientation dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Part-time employee atau karyawan paruh waktu : Untuk jenis karyawan paruh waktu, alasan memilih untuk menjalani pekerjaan dengan cara ini biasanya berhubungan dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan jenis ini adalah dari golongan pelajar atau mahasiswa yang harus membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk belajar, selain itu juga dari golongan wanita yang memiliki anak-anak yang masih berusia dibawah lima tahun.
- Full-time employee atau karyawan tetap : Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menjadi karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki untuk bekerja di tempat lain.

2. Solidaristic
Dimana pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa setiap karyawan memandang sebuah pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan akhir saja, melainkan segi yang dikedepankan adalah hubungan dan aktivitas sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai bentuk emotionally rewarding. Karyawan yang memilih orientasi kerja jenis ini dalam memilih tempat bekerja, lebih memperhatikan suasana bekerja berdasarkan hubungan sosial yang kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan adalah
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara individu baik itu antara sesama karyawan dalam satu departemen maupun antar departemen. Menurut Lucas (1995) dan Kitching (1997) dikatakan bahwa bagi karyawan HI, adalah sisi sosial dari sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap merasa betah pada pekerjaan mereka dan juga membuat para karyawan tersebut untuk tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja. Selain itu, hubungan sosial yang kuat yang karyawan jenis ini inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja, melainkan hubungan sosial ini harus juga dapat diteruskan di kehidupan diluar pekerjaan. Misalnya dengan pergi makan, jalan-jalan, kegiatan lain dan bahkan saling berkunjung ke tempat tinggal masing-masing karyawan.

3. Bureaucratic
Menurut Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat seorang karyawan memilih pekerjaan dan mengoptimalkan diri pada pekerjaan yang dipilihnya itu adalah hal-hal yang disediakan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Hal-hal tersebut dapat berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan seperti sarana transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk bekerja, sampai ke peralatan-peralatan kerja yang canggih, modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar kecilnya gaji dan tunjangan-tunjangan yang ditawarkan, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan, bimbingan dari perusahaan yang diberikan melalui atasan dan yang tidak kalah pentingnya adalah jenjang karir yang jelas. Meskipun suasana sosial yang ada tidak mendukung, para karyawan tersebut tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja, karena karyawan jenis orientasi ini lebih mementingkan self-development dan lebih bertujuan ke peningkatan jenjang karir.

Tujuan Orientasi
Pada umumnya, karyawan akan merasa sedikit waswas selama hari-hari pertama kerja. Setidaknya ada 3 alasan utama yang menyebabkan terjadinya kegugupan pada hari-hari pertama kerja (Meryl Reis Louis : 1980) antara lain :
1.         Alasan pertama adalah bahwa setiap situasi baru yang melibatkan perubahan dan perbedaan dalam beberapa hal, akan menyebabkan karyawan baru harus menghadapi ketidakpastian.
2.        Alasan kedua adalah harapan yang tidak realistis. Karyawan baru sering memiliki harapan tinggi yang tidak realistis tentang keuntungan yang akan diperolehnya dalam pekerjaan baru dan hal ini sering terbentur pada kenyataan bahwa yang akan mereka peroleh tidak seperti yang mereka harapakan semula.
3.        Alasan ketiga adalah kejutan yang dapat mengakibatkan kecemasan. Kejutan dapat terjadi apabila harapan mengenai pekerjaan atau diri sendiri tidak terpenuhi.

Teknik-Teknik Orientasi
Ada beberapa jenis teknik orientasi antara lain :
1.         Program orientasi dan sosialisasi
Program orientasi ini berawal dari perkenalan singkat secara informal sampai pada program-program formal dengan waktu yang lebih panjang. Dalam program formal, karyawan baru biasanya diberi buku pegangan atau bahan cetakan yang berisi jam kerja, peninjauan prestasi, cara pembayaan gaji, liburan dan penggunaan fasilitas serta pedoman dan peraturan perusahaan lainnya. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh supervisor si karyawan baru dan departemen personalia.

2.        Peninjauan pekerjaan secara realistis
Aktivitas ini bertujuan untuk menunjukkan cakupan pekerjaan yang sebenarnya kepada calon karyawan. Cara ini efektif untuk memperkecil kejutan realitas. Schein mengemukakan bahwa salah satu masalah terbesar yang dihadapi calon karyawan dan pimpinan dalam tahap awal kepegawaian adalah hal-hal yang mencakup perolehan informasi yang akurat dari kedua belah pihak.

3.        Pembinaan budaya organisasi
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki karyawan pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka berkerja. Dengan kata lain para karyawan menangkap isyarat tentang perusahaan mereka misalnya sejauh mana mereka dinilai secara adil atau sejauh mana hubungan persahabatan yang diperlihatkan oleh pimpinan mereka. 

4.        Pereratan hubungan antar-karyawan
Cara lain untuk membantu proses sosialisasi karyawan baru adalah dengan mempererat hubungan antar mereka dan dengan teman kerja baru atau dengan para supervisor mereka, yang bertindak sebagai mentor. Sebagai contoh beberapa perusahaan mendukung adanya program- program formal. Seperti sistem sahabat dimana karyawan yang ditugasi sebagai mentor memberi training khusus dan bertindak sebagai pemandu bagi pendatang baru.

5.        Informasi prestasi kerja
Sistem penilaian perusahaan juga memainkan perananan penting dalam proses sosialisasi. Catatan prestasi kerja secara formal dan informal dari supervisor yang disampaikan pada waktu yang tepat kepada karyawan baru dapat mengurangi tekanan akibat ketidakpastian karena  “ tidak mengetahui prestasi yang dicapai”. Selain itu catatan tersebut dapat membantu karyawan baru untuk memutuskan cara melaksanakan pekerjaan di masa mendatang. Sebagai contoh, penilaian sebelumnya dapat digunakan sebagai upaya “penalaran” untuk memperbaiki persepsi yang keliru. 


PENEMPATAN

Pengertian Penempatan 
Karyawan baru yang telah selesai menjalankan program seleksi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan sesuai dengan bakat dan keahlian yang dimilikinya. Salah satu fungsi MSDM untuk mengurusi hal ini adalah Placement atau penempatan karyawan yang berarti mengalokasikan karyawan pada posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi lain . Penempatan juga merupakan penugasan/ pengisian jabatan atau penugasan kembali pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda. 


Syarat-syarat penempatan

Efektifitas fungsi penempatan akan sangat ditentukan oleh beberapa syarat penting, dan bahkan tergantung pada informasi-informasi yang diperoleh dari syarat-syarat tersebut. Informasi-informasi yang diperoleh melalui syarat-syarat tersebut dijadikan masukan bagi seorang manajer dalam mengambil keputusan penerimaan dan penempatan seorang pekerja, syarat-syarat yang dimaksud adalah : 
1. Informasi analisis jabatan, yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan
2. Rencana-rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manajer tentang tersedia/tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi
3. Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manajer bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih 


Jenis Penempatan

Dalam alur ini ada tiga jenis penting dalam penempatan, yaitu : Promosi, transfer dan demosi.
Setiap keputusan harus diikuti dengan orientasi dan tindak lanjut, apapun yang menyebabkankannya, seperti perampingan, merger, atau akuisasi dan perubahan internal lainnya. Berikut penjelasan mengenai tiga jenis penting penempatan :
·        Promosi
Promosi terjadi apabila seorang karyawan dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggungjawab dan atau level umumnya diberikan suatu penghargaan, hadiah (reward system) atas usaha atau prestasinya dimasa lampau, maka akan muncul dua permasalahan :
Pertama, yaitu ketika pembuat keputusan dapat membedakan antara karyawan yang kuat dan yang lemah secara obyektif. Kalau sistem merit (merit based promotion) digunakan, keputusan seharusnya mencerminkan kinerja secara individu karyawan, tidak didasarkan pemilihan yang menyimpang. Hal ini terjadi kalau karyawan terbaik adalah anggota dari grup tertentu yang dilindungi dan pembuat keputusan adalah seorang prejudice. Pembuat keputusan tidak seharusnya mengikuti prasangka / perasaan pribadinya untuk mempengaruhi kegiatan promosi .kalau kegiatan promosi didasarkan pada kepentingan pribadi , SDM perusahaan akan didominasi oleh orang-orang yang tidak berkompeten, dan pada akhirnya kinerja perusahaan akan menurun
Bila promosi berdasarkan prestasi kerja, masalah lain yang akan muncul adalah bagaimana membedakan antara pegawai yang berprestasi dengan yang tidak. Seringkali perbedaan satu dengan yang lain sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Selain itu seringnya penilaian yang kurang obyektif. Penilaian harus dilakukan secara obyektif dan berkaitan dengan pekerjaan, bukan didasarkan hasil seleksi. 
Kedua, adalah Peter Principle atau prinsip Peter, yang menyatakan bahwa secara hirarki manusia cenderung untuk terus meningkatkan tingkat kompetensinya. Meski tidak selalu benar prisip tersebut menyatakan bahwa baiknya kinerja seseorang pada bidang tertentu belum tentu baikjuga pada bidang lain 
Ada juga model promosi sistem senioritas. Dalam beberapa hal, pada umumnya pekerja senior akan dipromosikan terlebih dulu. Maksud senior disini adalah pekerja yang mempunyai masa kerja paling lama di perusahaan tersebut. Kelebihan pendekatan ini adalah sistem obyektif. Karyawan yang akan dipromosikan ditentukan berdasarkan catatan senioritas yang ada pada perusahaan. Alasan rasional dari pendekatan ini adalah untuk menhilangkan/mengurangi promosi yang menyimpang (promosi istimewa) dan memerlukan pengelolaan untuk mrngembangkan senioritas pekerja karena mereka akan dipromosikan sebagaimana mestinya 

·        Transfer 
Transfer terjadi kalau ada seorang karyawan dipindahkan dari suatu bidang tugas ke bidang tugas lainnya dengan tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji. Pemindahan pada umumya dimaksudkan menempatkan pada tempat yang setepatnya, dengan maksud agar karyawan /anggota yang bersangkutan memperoleh suasana baru dan/atau kepuasan kerja setinggi mungkin dan dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi. Perpindahan karena hal semacam itu bisa terjadi karena keinginan pegawai sendiri (Personel Transfers) atau karena kehendak organisasi/perusahaan (Production Transfers). Production Transfers dapat terjadi karena :
Kebutuhan untuk menyesuaikan sementara (pengganti sementara) 
Mengatasi keadaan darurat karena fluktuasi volume pekerjaan
Untuk pleog pekerjaan dan sebagainya
Kebutuhan latihan (rotasi jabatan)
Untuk menjamin kepercayaan pegawai bahwa mereka tidak akan di PHK karena kekurangcakapan dalam jabatan yang sama
Menghindari rasa kebosanan pegawai/karyawan yang bersangkutan baik karena macam pekerjaannya maupun karena lingkungan kerjanya 

·        Demosi
Sebagai lawan dari promosi, adalah penurunan atau demotion, yakni pemindahan seseorang ke jabatan yang lebih rendah dalam suatu organisasi. Sebenarnya penurunan jabatan ini jarang terjadi, mengingat dampak negatifnya terhadap moral karyawan/anggota suatu organisasi. Penurunan lebih mungkin terjadi bila pasar tenaga kerja lebih besar dari pada permintaan tenaga kerja. Atau dapat pula terjadi suatu penurunan tersebut apabila organisasi atau suatu perusahaan mengalami krisis dan sebagainya. Mengingat kemungkinan dapat timbul promosi tetapi mungkin juga terjadi penurunan maka perlu sekali adanya "Pedoman Pelaksanaan Promosi" tersebut, karenanya dibuatkah :
Hubungan vertikal dan horizontal dari masing-masing jabatan
Penilaian kecakapan anggota organisasi
Ramalan-ramalan lowongan dan data-data karyawan/anggota organisasi dan sebagainya.


Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penempatan Karyawan
·        Pertumbuhan Perusahaan, pertumbuhan bisnis menyebabkan terjadinya pengisian posisi pekerjaan baru, baik melalui promosi karyawan yang sudah ada atau yang baru sama sekali. Adanya pengaruh ekspansi bisnis yang mampu mencipatakan posisi pekerjaan baru.
·        Reorganisasi, sebuah restrukturisasi dari perusahaan akan menghasilkan jenis yang beragm dalam hal kegiatan – kegiatan personal, misalnya jika terjadi merger dan reorganisasi perusahaan. Pembelian /penjualan perusahaan merger dengan perusahaan lain akan mempengaruhi aktivitas departemen SDM, seperti rancangan pekerjaan, kompensasi, manfaat, hubungan pekerja, dan program pensiun dini. Hal ini akan mempengaruhi keputusan penempatan karyawan.
·        Kecenderungan Ekonomi Umum, satu konsekuensi dari pengaruh menurunnya pertumbuhan ekonomi adalah secara signifikan akan menurunkan ketersediaan pekerjaan, baik bagi mereka/karyawan yang permanen dan temporer serta sekaligus bagi pencari kerja. Resesi ekonomi akan mengakibatkan terjadinya pengangguran besar-besaran. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi membaik maka departemen SDM akan proaktif melakukan kegiatannya, seperti promosi, rekrutmen dan seleksi karyawan baru.
·        Atrisi, atrisi merupakan pengurangan karyawan yang disebabkan terjadinya terminasi, pengunduran diri, pengalihan keluar dari unit bisnis, dan meninggal. Secara khusus program pensiun dini telah meningkat selama terjadinya penurunan aktivitas usaha dan kelambanan aktivitas ekonomi, sehingga karyawan berada pada posisi tertekan dan terjadi pemangkasan kelebihan karyawan (rasionalisai).

Kaitan Penempatan dengan Orientasi
Meskipun dalam promosi, transfer, maupun demosi yang ditempatkan adalah para karyawan yang telah bekerja di perusahaan (bukan karyawan baru), namun mereka tetap perlu menjalani orientasi terkait dengan jabatannya yang baru.
Memang para karyawan tersebut bisa jadi sudah memahami dengan baik mengenai aspek-aspek umum perusahaan, seperti strategi, kompensasi, peraturan, dan sebagainya. Namun mereka sedikit banyak pasti mengalami kecemasan terkait masalah interpersonal dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan barunya.








Thursday, June 21, 2012

management sumber daya manusia


STAFFING
1.      Resume Materi Staffing,  
Staffing adalah tiga aktivitas penting, yaitu perencanaan, penarikan, dan seleksi sumber daya manusia. Sebenamya para manajer bertanggung jawab untuk mengantisispasi kebutuhan sumber daya manusia. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, para manajer menjadi lebih tergantung pada departemen sumber daya manusia untuk mengumpulkan informasi mengenai komposisi dan keterampilan tenaga kerja saat ini Meskipun penarikan tenaga kerja dilakukan sepenuhnya oleh departemen sumber daya manusia, departemen lain tetap terlibat dengan menyediakan deskripsi dari spesifikasi pekerjaan untuk membantu proses penarikan.
Dalam proses seleksi, departemen sumber daya manusia melakukan penyaringan melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar belakang pelamar. Tanggung jawab departemen sumber daya manusia untuk pengadaan tenaga kerja ini semakin meningkat dengan adanya hukum tentang kesempatan kerja yang sama dan berbagai syarat yang diperlukan perusahaan.

Terdapat 2 proses dalam staffing itu sendiri, yaitu :
·         Rekrutmen :
Proses pencarian atau mengundang calon-calon tenaga kerja yang mempunyai kemampuan sesuai dengan rencana dan kebutuhan organisasi di waktu tertentu, untuk melamar kerja
·         Seleksi
Proses memilih seseorang dari kelompok pelamar yang paling cocok/mampu menduduki posisi tertentu dan untuk organisasi

Dalam staffing juga terdapat metode dalam rekrutmen, yaitu :
·         Rekrutmen internal, adalah perekrutan karyawan yang masih berada di dalam suatu perusahan yang sama, tetapi berbeda divisi atau department, biasanyanya untuk merekrut karyawan dari dalam suatu perusahaan / internal selection dilakukan hal hal seperti :  Penataran/upgrading, Pemindahan/mutasi, Pengangkatan ( promosi ), Penempatan pekerjaan  melalui bulletin/papan, Inventarisasi keahlian pengumuman.
Keuntungan dari rekrutan karyawan secara internal adalah :
Biaya relatif murah, karena tidak perlu proses seleksi seperti rekrutmen external. Organisasi mengetahui  pekerja yang memiliki kemampuan untuk jabatan yang kosong.
Pekerja memiliki motivasi yang tinggi krn mengetahui kemungkinan peningkatan
Pengembangan karier jelas
Pekerja telah memahami secara baik kebijakan, prosedur, ketentuan dan kebiasaan organisasi
Dan kerugian dari perekrutan karyawan secara internal adalah :
Tidak  selalu memberikan perspektif baru
Pekerja yang dipromosikan akrab dengan bawahannya sehingga sulit menjalankan kewenangan dan kekuasaannya
·         Rekrutmen Eksternal adalah perekrutan karyawan yang belum pernah bekerja pada suatu perusahan yg menyediakan lowongan pekerjaan tersebut, biasanyanya untuk merekrut karyawan dari dalam suatu perusahaan / internal selection dilakukan hal hal seperti Pe ngumuman menggunakan Media : koran,jurnal perdagangan,radio,TV, Badan penyalur tenaga kerja, Pemerintah, Swasta, Lembaga pendidikan :mahasiswa magang,iklan kampus, dll.
Keuntungan dari perekrutan secara external adalah :
Memiliki gagasan dan pendekatan baru
Bekerja mulai dengan lembaran bersih dan memperhatikan spesifikasi pengalaman
Tingkat pengetahuan dan keahlian tidak tersedia dalam perusahaan yang sekarang
Dan Kelemahan-nya adalah :
Keterbatasan keteraturan antara karyawan dengan perusahaan.
Moral dan komitmen karyawan rendah
Periode penyesuaian yang relatif lama.

2.      Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Contoh kasusnya adalah, suatu perusahan membutuhkan seorang manager di departemen front office , dari hal tersebut pihak HRD harus melakukan pencarian atau rekrutmen untuk mendapatkan seorang yang bisa ditempatkan di bagian tersebut, proses pencariannya pun harus melalui proses yang panjang dimana bagain HRD harus melakukan, pengumuman, kemudian, seleksi, dan rekrutmen secara internal ataupun ekternal seperti yang telah saya jelaskan di point 2, kemudian interview, atau wawancara penerimaan karyawan tersebut dan kemudian pertimbangan, dan terakhir keputusan.

3.      Rekrutmen internal, adalah perekrutan karyawan yang masih berada di dalam suatu perusahan yang sama, biasanyanya untuk merekrut karyawan dari dalam suatu perusahaan harus diadakannya internal selection atau seleksi di dalam perusahaan tersebut. Misalnya rekrut dilakukan dengan cara mentransfer karyawan departemen A ke departemen B yang memerlukan karyawan dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
Sedangkan,
Rekrutmen Eksternal adalah perekrutan karyawan yang belum pernah bekerja pada suatu perusahan yg menyediakan lowongan pekerjaan tersebut, atau dengan kata lain, lowongan pekerjaan tersebut telah di publikasikan ke luar perusahan, agar perusahan tersebut mendapatkan karyawan baru dengan criteria yang telah memenuhi syarat syarat dari lowongan pekerjaan tersebut.

4.      Recruitment
Proses recruitment dapat dilakukan dari dua sumber yaitu :
1.      Sumber internal, Menggunakan papan pengumuman karyawan dengan menempelkan pengumuman lowongan sebuah posisi untuk mencapai sumber yang didapat di dalam hotel.
Karyawan internal itu sendiri melalui proses promosi
Penyebaran berita kepada teman atau kerabat
Melalui pemasangan iklan dan lain-lain
2.      Sumber eksternal, Biasanya melaui out sourcing, baik untuk sebagian dari bagian pelayanan ataupun secara keseluruhan dari sebuah bagian pelayanan. Misalnya, security, public area section, laundry, dan lain-lain.
Pre-Proses Recruitment
1.      Pengajuan permintaan tenaga kerja dari bagian yang membutuhkan dengan mencantumkan jabatan, spesifikasi, waktu yang dibutuhkan dan lain-lain
2.      Mengumumkan lowongan tersebut
3.      Menyeleksi pelamar yang masuk
4.      Mengatur jadwal panggilan untuk proses interview, testing dan proses lainnya
Proses Recruitment
1.      Pengisian formulir aplikasi
2.      Proses testing
3.      Proses interview
4.      Proses seleksi
5.      Proses pemeriksaan referensi dan rekomendasi
6.      Proses penawaran dan persetujuan kondisi, konpensasi dan benefit yang ditawarkan ke tenaga kerja
7.      Proses pemeriksaan kesehatan
8.      Penandatanganan kontrak sesuai dengan kondisi, kompensasi, dan benefit yang telah disetujui bersama.
Orientation & Training Process
1.      Orientasi, pengenalan karyawan baru tehadap fasilitas karyawan dan tamu, area kerja yang bersangkutan, peraturan perusahaan yang berlaku dan lain-lainnya yang merupakan bagian dari general orientation dan job orientation
2.      Pelatihan